Senin, 06 Juli 2015

Spiritualitas Guru



Spiritualitas Sebagai Pemacu Kesuksesan Guru
Terhadap Kegiatan Pembelajaran

Novita Sari
NPM : 13110182
Program Studi Dharma Acharya
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Jinarakkhita Lampung


Abstrak

Kata kunci : belajar, spiritual guru yang baik.
Tujuan penulisan artikel ini adalah menjabarkan tentang spiritualitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran penting. Karena seorang guru menjadi pemimpin dalam kegiatan belajar. maka, seorang guru harus pandai dalam intelektualitas maupun spiritualitas. belajar memiliki arti usaha menambah pengetahuan serta merubah perilaku menjadi lebih baik. maka, seorang guru harus pandai dalam segala bidang sehingga akan mempermudah mentransfer ilmu yang dimiliki. Selain itu juga, seorang guru harus memiliki spiritualitas yang baik. Dengan spritualitas yang baik, seorang guru akan melakukan pembelajaran sesuai dengan norma atau sila. Sehingga hasil yang didapat selain pengetahuan umum, murid pun perubahan sikap yang baik. Tsentunya perubahan sikap tersebut berupa hasil cermin diri dari seorang guru.


Pendidikan merupakan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk menolong seseorang belajar dan bertanggung jawab, mengembangkan diri atau mengubah perilaku, sehingga bermanfaat bagi kepentingan individu dan masyarakat (Wijaya Mukti, 2003:304). Proses pendidikan berupa kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan antara guru dan murid. Belajar memiliki arti proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan (Howard L. Kingsley dalam Abu Ahmadi dan  Supriyono, 2013:127). Belajar merupakan upaya seseorang menambah pengetahuan.

Ilmu pengetahuan yang benar sebagaimana ajaran agama, dikembangkan berdasarkan manfaat atau tujuan yang baik. Buddha mengatakan apa yang telah diajarkan-Nya hanya sebagian kecil dari pengetahuan-Nya (S. V,437). Namun, untuk menguasai ajaran tersebut, orang harus banyak belajar. “Orang yang hanya belajar sedikit akan menjadi tua seperti sapi jantan. Dagingnya bertambah, tetapi kebijaksanannya tak berkembang” (Dhp. 152).
Belajar akan memberikan perubahan yang lebih baik dengan upaya melatih kemampuan yang dimiliki. Melatih kemampuan ini diimbangi dengan semangat yang baik untuk maju dan berkembang. Semangat untuk belajar banyak diawali dari niat berupa motivasi yang baik. Keinginan untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan (Thera Gāthā 141 dalam Panduan Tripitaka hal i). Tentunya dengan usaha yang sungguh-sungguh. “Suatu pekerjaan yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, aturan yang tidak ditaati, kehidupan suci yang dijalani penuh keragu-raguan semuanya tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan (Dhp. XXII:312)”.

Berdasarkan pengertian belajar tersebut, sebagai seorang guru harus mampu mengerti arti belajar sesungguhnya. Seorang guru pun harus bisa menggunakan usaha yang baik dalam menjalankan tugas dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga nantinya hasil belajar akan dapat dirasakan dengan baik oleh para murid. Karena hasil belajar yang memuaskan dapat dicapai bila terjalin hubungan antara guru dan murid. Maka, guru dan murid harus memiliki keselarasan dalam proses belajar dan aspek spiritual yang sama.

Peran Spiritualitas Guru Terhadap Kegiatan Pembelajaran
Manusia membutuhkan goal portofolio tiga dimensi untuk mengukur dirinya sendiri dalam tiga lapisan yakni materi, intelektual dan spiritual (Pratikno, 2012 dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran). Spiritual dapat dideskripsikan sebagai sebuah praxis kebebasan, sebuah cara untuk hidup dengan berkonsentrasi pada proses menemukan diri kita dan bagaimana ingin berbuat. Spiritualitas berhubungan dengan moralitas. Moralitas memiliki makna bagaimana seseorang bertindak sehubungan dengan tujuan hidupnya. Menurut Bertens dalam Wijaya Mukti, sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Baik dan buruk tindakan yang dilakukan oleh seseorang, merupakan cerminan seberapa tinggi tingkat spiritual yang dimiliki.

Spiritualitas sebagai tingkat kesadaran seseorang dalam bertindak. Spiritual yang baik, memacu tindakan seseorang untuk berupaya melakukan hal-hal yang baik terutama dalam belajar. Selain itu, akan mampu menjalankan kegiatan belajar tanpa adanya upaya yang menyimpang. Spiritual ini tidak hanya murid yang penting memiliki, namun sebagai seorang guru hendaknya memiliki spiritual yang baik.

Guru sejati selain memiliki kemampuan dalam intelektual, ia harus memiliki spiritual tinggi. Dengan memiliki spiritual tinggi maka dapat dikatakan telah memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Kecerdasan spiritual ini menjadi puncak kecerdasan. Artinya, kecerdasan spiritual menjadi landasan untuk menjalankan kecerdasan yang lain. Seorang guru yang hanya pandai dalam intelektualnya, belum tentu akan sukses dalam mengajar. Karena tanpa adanya spiritual, guru hanya memberi pengetahuan apa adanya tanpa memberikan aspek nilai yang baik berupa norma dan sikap dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Seperti yang dituliskan dalam Lohicca Sutta (dalam U Ko Lay, 2000:51) guru yang terpuji adalah guru yang telah sepenuhnya terampil dalam tiga praktek yaitu moralitas, konsentrasi, pengetahuan dan mengajar siswa-siswa untuk menjadi sepenuhnya mantap seperti dia. Sebagai guru sejati, ia harus menjalankan tugas yang diemban dengan baik. Ia harus mampu berupaya memberikan pengetahuan yang terbaik untuk anak didiknya. Guru memiliki tugas mentransfer informasi atau pengalaman kepada peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai ( Daryanto, 2012 : 171). Segala informasi dan pengetahuan yang dimiliki akan sekuat tenaga diberikan untuk murid-muridnya.

Guru bukan hanya memberikan pengetahuan berupa intelektual semata. Seorang guru membimbing dan menjadi perantara peserta didik untuk mencapai kedewasaan (Daryanto, 2012:171). Selain itu, seorang guru juga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap dan nilai serta penyesuaian diri (Abu Ahmadi dan Supriyono, 2013:105). Artinya seorang guru menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Maka hendaknya guru memiliki spiritual yang baik. Seorang guru yang memiliki spiritual yang baik, dapat tercermin dari sikap kebijaksanannya. Ia akan bertindak sesuai norma dan sila yang sesuai. Segala perilaku, tindakan yang dimunculkan senantiasa memberikan manfaat bagi lingkungan dan muri-muridnya.

Guru Buddha senantiasa menunjukkan kebijaksanaanya terhadap murid-murid-Nya. Meskipun suasana yang mencengkam, beliau senantiasa menunjukkan kebijaksanaan dihadapan para murid-Nya. Seperti kisah Cinca Manawika. Seorang gadis penghibur yang memfitnah Guru Buddha dihadapan murid-murid-Nya. Namun, beliau senantiasa menunjukkan sikap tenang dan bijak.

Sebagai guru yang memiliki spiritual baik, maka ia mampu memberikan bimbingan berupa nilai moral dan sikap yang baik. Guru senantiasa memberikan pembelajaran yang bermanfaat, bukan untuk menjerumuskan murid-mudirnya. Sehingga, murid akan memiliki pengetahuan yang baik serta memiliki perilaku yang baik dan dapat menjaga diri dari perilaku yang salah.

Implementasi spiritual yang baik dalam kegiatan pembelajaran yaitu ketika seorang guru melaksanakan kegiatan belajar, guru akan melakukan tugasnya dengan penuh ketenangan dan kebijaksanaan. Guru yang baik ia akan mengajar siswa dengan sepenuhnya mantap seperti dia (Wijaya Mukti, 2003:322). Guru akan memperhatikan murid dengan penuh kasih sayang yaitu tidak membeda-bedakan murid satu sama lain. Selain itu, dalam penyampaian pembelajaran, seorang guru senantiasa menunjukan sikap wibawa, berucap sesuai nilai sosial, dan senantiasa menunjukkan sikap yang sesuai dengan nilai –nilai moral.

Seorang guru yang bersikap demikian, maka secara tidak langsung murid pun akan dapat mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan nyaman. Karena transfer pengetahuan dilaksanakan dengan cara yang sesuai. Sehingga proses belajar pun dapat berjalan dengan baik. Selain itu, para murid akan mencotoh perilaku baik yang dimiliki oleh guru. Maka, hasil belajar yang didapatkan berupa cerminan perilaku yang baik dan hasil belajar berupa pengetahuan yang baik.

Kesimpulan

Spiritual merupakan sikap baik seseorang dalam bertindak. Spiritual yang baik sangat diperlukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang memiliki spiritual yang baik, ia akan senantiasa mengarahkan muridnya kepada hal-hal yang baik. selain itu, dengan memiliki spiritual yang baik, proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, karena, guru selalu menunjukan sikap dan perilaku yang baik dalam proses belajar. Misalnya, ketika mengajar guru selalu bertutur kata yang baik, memperlakukan siswa dengan baik, tidak menyakiti batin serta fisik siswa ketika belajar.



Daftar Pustaka:
Abu Ahmadi,Haji dan Supriyanto,Widodo. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Daryanto dan Raharjo, Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Lay, U Ko. 2000. Panduan Tripitaka. Magelang: Vihara Bodhivamsa.
Mahatera, Ven. Narada. 1989. Dhammapada. Bandung: Karaniya.
  Pratikno, Heri. 2012. Motivasi Spiritual Dan Budaya Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja Profesional Dan Perilaku Konsumsi Guru Ekonomi. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 19, No. 1. Malang : Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Indonesia.
Wijaya Mukti, Khrisnanda. 2003. Wacana Buddha Dhamma. Jakarta : Yayasan Dharma Pembangunan.