Spiritualitas
Sebagai Pemacu Kesuksesan Guru
Terhadap
Kegiatan Pembelajaran
Novita Sari
NPM : 13110182
Program Studi
Dharma Acharya
Sekolah Tinggi
Ilmu Agama Buddha Jinarakkhita Lampung
Email : Via.adinata1804@gmail.com
Abstrak
Kata kunci : belajar, spiritual guru
yang baik.
Tujuan penulisan
artikel ini adalah menjabarkan tentang spiritualitas guru dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru
memiliki peran penting. Karena seorang guru menjadi pemimpin dalam kegiatan
belajar. maka, seorang guru harus pandai dalam intelektualitas maupun
spiritualitas. belajar memiliki arti usaha menambah pengetahuan serta merubah
perilaku menjadi lebih baik. maka, seorang guru harus pandai dalam segala
bidang sehingga akan mempermudah mentransfer ilmu yang dimiliki. Selain itu
juga, seorang guru harus memiliki spiritualitas yang baik. Dengan spritualitas
yang baik, seorang guru akan melakukan pembelajaran sesuai dengan norma atau sila. Sehingga hasil yang didapat selain
pengetahuan umum, murid pun perubahan sikap yang baik. Tsentunya perubahan
sikap tersebut berupa hasil cermin diri dari seorang guru.
Pendidikan merupakan merupakan
usaha yang disengaja dan terencana untuk menolong seseorang belajar dan
bertanggung jawab, mengembangkan diri atau mengubah perilaku, sehingga
bermanfaat bagi kepentingan individu dan masyarakat (Wijaya Mukti, 2003:304).
Proses pendidikan berupa kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan belajar yang dilakukan antara guru dan murid. Belajar memiliki arti proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan
(Howard L. Kingsley dalam Abu Ahmadi dan
Supriyono, 2013:127). Belajar merupakan upaya seseorang menambah
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang benar sebagaimana
ajaran agama, dikembangkan berdasarkan manfaat atau tujuan yang baik. Buddha mengatakan
apa yang telah diajarkan-Nya hanya sebagian kecil dari pengetahuan-Nya (S. V,437). Namun, untuk menguasai ajaran
tersebut, orang harus banyak belajar. “Orang yang hanya belajar sedikit akan
menjadi tua seperti sapi jantan. Dagingnya bertambah, tetapi kebijaksanannya
tak berkembang” (Dhp. 152).
Belajar akan memberikan perubahan
yang lebih baik dengan upaya melatih kemampuan yang dimiliki. Melatih kemampuan
ini diimbangi dengan semangat yang baik untuk maju dan berkembang. Semangat
untuk belajar banyak diawali dari niat berupa motivasi yang baik. Keinginan
untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan (Thera Gāthā 141 dalam Panduan
Tripitaka hal i). Tentunya dengan usaha yang sungguh-sungguh. “Suatu pekerjaan
yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, aturan yang tidak ditaati,
kehidupan suci yang dijalani penuh keragu-raguan semuanya tidak akan membuahkan
hasil yang memuaskan (Dhp. XXII:312)”.
Berdasarkan pengertian belajar
tersebut, sebagai seorang guru harus mampu mengerti arti belajar sesungguhnya.
Seorang guru pun harus bisa menggunakan usaha yang baik dalam menjalankan tugas
dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga nantinya hasil belajar akan dapat
dirasakan dengan baik oleh para murid. Karena hasil belajar yang memuaskan
dapat dicapai bila terjalin hubungan antara guru dan murid. Maka, guru dan
murid harus memiliki keselarasan dalam proses belajar dan aspek spiritual yang
sama.
Peran
Spiritualitas Guru Terhadap Kegiatan Pembelajaran
Manusia membutuhkan goal portofolio
tiga dimensi untuk mengukur dirinya sendiri dalam tiga lapisan yakni materi, intelektual
dan spiritual (Pratikno, 2012 dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran). Spiritual
dapat dideskripsikan sebagai sebuah praxis kebebasan, sebuah cara untuk hidup
dengan berkonsentrasi pada proses menemukan diri kita dan bagaimana ingin
berbuat. Spiritualitas berhubungan dengan moralitas. Moralitas memiliki makna
bagaimana seseorang bertindak sehubungan dengan tujuan hidupnya. Menurut
Bertens dalam Wijaya Mukti, sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Baik dan buruk tindakan yang dilakukan oleh
seseorang, merupakan cerminan seberapa tinggi tingkat spiritual yang dimiliki.
Spiritualitas sebagai tingkat
kesadaran seseorang dalam bertindak. Spiritual yang baik, memacu tindakan
seseorang untuk berupaya melakukan hal-hal yang baik terutama dalam belajar. Selain
itu, akan mampu menjalankan kegiatan belajar tanpa adanya upaya yang
menyimpang. Spiritual ini tidak hanya murid yang penting memiliki, namun
sebagai seorang guru hendaknya memiliki spiritual yang baik.
Guru sejati selain memiliki
kemampuan dalam intelektual, ia harus memiliki spiritual tinggi. Dengan
memiliki spiritual tinggi maka dapat dikatakan telah memiliki kecerdasan
spiritual yang baik. Kecerdasan spiritual ini menjadi puncak kecerdasan.
Artinya, kecerdasan spiritual menjadi landasan untuk menjalankan kecerdasan
yang lain. Seorang guru yang hanya pandai dalam intelektualnya, belum tentu
akan sukses dalam mengajar. Karena tanpa adanya spiritual, guru hanya memberi
pengetahuan apa adanya tanpa memberikan aspek nilai yang baik berupa norma dan
sikap dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Seperti yang dituliskan dalam Lohicca
Sutta (dalam U Ko Lay, 2000:51) guru yang terpuji adalah guru yang telah
sepenuhnya terampil dalam tiga praktek yaitu moralitas, konsentrasi, pengetahuan
dan mengajar siswa-siswa untuk menjadi sepenuhnya mantap seperti dia. Sebagai guru
sejati, ia harus menjalankan tugas yang diemban dengan baik. Ia harus mampu
berupaya memberikan pengetahuan yang terbaik untuk anak didiknya. Guru memiliki
tugas mentransfer informasi atau pengalaman kepada peserta didik sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai ( Daryanto, 2012 : 171). Segala informasi dan
pengetahuan yang dimiliki akan sekuat tenaga diberikan untuk murid-muridnya.
Guru bukan hanya memberikan pengetahuan
berupa intelektual semata. Seorang guru membimbing dan menjadi perantara
peserta didik untuk mencapai kedewasaan (Daryanto, 2012:171). Selain itu,
seorang guru juga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap dan
nilai serta penyesuaian diri (Abu Ahmadi dan Supriyono, 2013:105). Artinya
seorang guru menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Maka hendaknya guru
memiliki spiritual yang baik. Seorang guru yang memiliki spiritual yang baik,
dapat tercermin dari sikap kebijaksanannya. Ia akan bertindak sesuai norma dan sila yang sesuai. Segala perilaku,
tindakan yang dimunculkan senantiasa memberikan manfaat bagi lingkungan dan
muri-muridnya.
Guru Buddha senantiasa menunjukkan
kebijaksanaanya terhadap murid-murid-Nya. Meskipun suasana yang mencengkam,
beliau senantiasa menunjukkan kebijaksanaan dihadapan para murid-Nya. Seperti
kisah Cinca Manawika. Seorang gadis penghibur yang memfitnah Guru Buddha
dihadapan murid-murid-Nya. Namun, beliau senantiasa menunjukkan sikap tenang
dan bijak.
Sebagai guru yang memiliki spiritual
baik, maka ia mampu memberikan bimbingan berupa nilai moral dan sikap yang baik.
Guru senantiasa memberikan pembelajaran yang bermanfaat, bukan untuk
menjerumuskan murid-mudirnya. Sehingga, murid akan memiliki pengetahuan yang
baik serta memiliki perilaku yang baik dan dapat menjaga diri dari perilaku
yang salah.
Implementasi spiritual yang baik
dalam kegiatan pembelajaran yaitu ketika seorang guru melaksanakan kegiatan belajar,
guru akan melakukan tugasnya dengan penuh ketenangan dan kebijaksanaan. Guru
yang baik ia akan mengajar siswa dengan sepenuhnya mantap seperti dia (Wijaya
Mukti, 2003:322). Guru akan memperhatikan murid dengan penuh kasih sayang yaitu
tidak membeda-bedakan murid satu sama lain. Selain itu, dalam penyampaian
pembelajaran, seorang guru senantiasa menunjukan sikap wibawa, berucap sesuai nilai
sosial, dan senantiasa menunjukkan sikap yang sesuai dengan nilai –nilai moral.
Seorang guru yang bersikap
demikian, maka secara tidak langsung murid pun akan dapat mengikuti kegiatan
belajar dengan tenang dan nyaman. Karena transfer pengetahuan dilaksanakan
dengan cara yang sesuai. Sehingga proses belajar pun dapat berjalan dengan
baik. Selain itu, para murid akan mencotoh perilaku baik yang dimiliki oleh
guru. Maka, hasil belajar yang didapatkan berupa cerminan perilaku yang baik
dan hasil belajar berupa pengetahuan yang baik.
Kesimpulan
Spiritual merupakan sikap baik
seseorang dalam bertindak. Spiritual yang baik sangat diperlukan oleh seorang
guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang memiliki spiritual yang baik, ia
akan senantiasa mengarahkan muridnya kepada hal-hal yang baik. selain itu,
dengan memiliki spiritual yang baik, proses pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik, karena, guru selalu menunjukan sikap dan perilaku yang baik dalam
proses belajar. Misalnya, ketika mengajar guru selalu bertutur kata yang baik, memperlakukan
siswa dengan baik, tidak menyakiti batin serta fisik siswa ketika belajar.
Daftar
Pustaka:
Abu
Ahmadi,Haji dan Supriyanto,Widodo. 2013. Psikologi
Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Daryanto
dan Raharjo, Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava
Media.
Lay,
U Ko. 2000. Panduan Tripitaka. Magelang: Vihara Bodhivamsa.
Mahatera, Ven. Narada. 1989. Dhammapada. Bandung: Karaniya.
Pratikno, Heri. 2012. Motivasi Spiritual Dan Budaya Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja
Profesional Dan Perilaku Konsumsi Guru Ekonomi. Dalam Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. Volume 19, No. 1. Malang : Lembaga Pengembangan Pendidikan dan
Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Indonesia.
Wijaya Mukti, Khrisnanda. 2003. Wacana Buddha Dhamma. Jakarta : Yayasan Dharma
Pembangunan.
How to get to Wynn Casino via bus, taxi or car from
BalasHapusDirections to 이천 출장샵 Wynn Casino 태백 출장마사지 via 공주 출장마사지 bus, taxi 영주 출장샵 or car. (LAS) — The following transit lines have routes that 동두천 출장안마 pass near Wynn and Encore. (LAS)